calender

Berbagai Informasi Seputar Ornamen Furniture Dan Kerajinan Jepara Order Hp/ wa: 082336506238 Pin BB:5EA51A51

Sunday, May 7, 2017

Sejarah dan Legenda Masjid dan Makam Mantingan


GAPURA PINTU MASUK MAKAM MANTINGAN
GAPURA PINTU MASUK
Islam dan menjadi salah satu asset wisata sejarah di Jepara dimana di sana berdiri megah sebuah masjid yang dibangun oleh seorang Islamik yaitu PANGERAN HADIRI suami Ratu Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas penyebaran agama islam di pesisir utara pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah masjid Agung Demak. Perlu diketahui juga bahwa di desa Mantingan mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam dengan mata penghasilan dari usaha ukir-ukiran. Disamping itu lokasi Masjid dan Makam Mantingan dalam satu komplek yang dijangkau dengan kendaraan roda empat dari berbagai jurusan dengan fasilitas sarana jalan aspal. Hal lain yang tidak kalah penting usaha Pemda Kabupaten instansi terkait sama dengan pengusaha angkutan sudah berupaya memberikan kemudahan transportasi menuju lokasi obyek Wisata Sejarah ini dengan sarana angkutan jurusan Terminal Jepara Mantingan yang hanya ditempuh beberapa menit saja.
MASJID MANTINGAN
MASJID MANTINGAN
GERBANG MASUK AREA MASJID MANTINGAN
GERBANG MASUK AREA MASJID MANTINGAN

SEJARAH DAN LEGENDA
Diatas telah disebutkan bahwa Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah masjid agung Demak, yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi berdasarkan petunjuk dari condo sengkolo yang terukir pada sebuah mihrab Masjid Mantingan berbunyi "RUPO BRAHMANA WANASARI" oleh R. Muhayat Syeh Sultan Aceh yang bernama R. Toyib. Pada awalnya R. Toyib yang dilahirkan di Aceh ini menimba ilmu ketanah suci dan negeri Cina (Campa) untuk dakwah Islamiyah, dan karena kemampuan dan kepandaiannya pindah ke tanah Jawa Jepara) R. toyib kawin dengan Ratu Kalinyamat (Retno Kencono) putri Sultan Trenggono Sultan kerajaan Demak, yang akhirnya beliau menda gelar "SULTAN HADIRI" dan sekaligus dinobatkan sebagai Adipati Jepara (Penguasa Jepara) sampai wafat dan dimakamkan di Mantingan Jepara. Dimakam inilah Pangeran Hadiri (Sunan Mantingan), Ratu Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung seorang patih keturunan cina yang menjadi kerabat beliau Sultan Hadiri bernama CIE GWI GWAN dan sahabat lainnya disemayankan. Makam yang selalu ramai dikunjungi pada saat uKHOOL" untuk memperingati wafatnya Sunan Mantingan berikut upacara GANTI LUWUR (Ganti Kelambu) ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali pada tanggal 17 Robiul Awal sehari sebelum peringatan Hari Jadi Jepara.
Makam Mantingan sampai sekarang masih dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Pohon pace yang tumbuh disekitar makam, konon bagi Ibu-ibu yang sudah sekian tahun menikah belum di karunia putra diharapkan sering berziarah ke Makam Mantingan dan mengambil buah pace yang jatuh untuk dibuat rujak kemudian dimakan bersama suami istri, maka permohonannya insyaAllah akan terkabulkan Tuah lain yang ada dalam cungkup makam mantingan adalah AIR MANTINGAN atau AIR KERAMAT" yang menurut kisahnya ampuh untuk menguji kejujuran seseorang dan membuktikan hal mana yang benar dan yang salah, biasanya bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya air keramat ini digunakan bila sedang menghadapi suatu sengketa, dengan cara air keramat ini diberi mantra dan doa lalu di minum. Namun karena beragamnya kepercayaan masyarakat, maka silahkan bagi yang percaya dan tidak memaksa untuk yang lain.
MAKAM SUNAN MANTINGAN
MAKAM SUNAN MANTINGAN
GAPURA MAKAM MANTINGAN
GAPURA MAKAM MANTINGAN
GAPURA MAKAM MANTINGAN
GAPURA MAKAM MANTINGAN
UKIRAN SEJARAH JEPARA
UKIRAN SEJARAH JEPARA
UKIRAN SEJARAH JEPARA



No comments:

Post a Comment