calender

Berbagai Informasi Seputar Ornamen Furniture Dan Kerajinan Jepara Order Hp/ wa: 082336506238 Pin BB:5EA51A51

Tuesday, May 23, 2017

Ratu Shima

Ilustrasi Ratu Shima
Ilustrasi Ratu Shima

konon menurut catatan Dinasti Tang tahun 618-906 Masehi di Cho-po atau Pulau Jawa. terdapat kerajaan yang bernama Ho-ling Para pakar nama Ho-Ling ini disesuaikan dengan Kalingga. Ibu kota kerajaan ini dikelilingi dengan benteng yang terbuat dari kayu, diperintah oleh seorang ratu bernama Hsi- mo atau Shima. Ia memimpin kerajaa
 nnya dengan sangat keras, tegas dan adil serta digambarkan tinggal disuatu bangunan besar bertingkat yang terbuat dari kayu, beratapkan daun palem dan singgasananya terbuat dari gading gajah yang berukir.


Ilustrasi Ratu Shima
Ilustrasi Ratu Shima
Disamping menghasilkan gading gajah, cula badak, kulit penyu, emas dan perak penduduk kerajaan Ho-ling waktu itu telah pandai membuat minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa. Masih menurut catatan Dinasti Tang, Ratu Hsi-mo yang menjadi ratu sejak tahun 674 Masehi ini dikenal sebagai seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana, sehingga kerajaannya sangat aman dan tentram. Tidak ada yang berbuat kejahatan, sebab siapapun yang melakukan pelanggaran ia akan mendapatkan hukuman yang berat dari kerajaan.
Sementara itu berdasarkan catatan I-Tsing pada tahun 664-665 Masehi ada seorang pendeta Cina bernama Hwi-Ning berkunjung ke Ho-ling. Kerajaan itu menjadi salah satu pusat pengetahuan Budha Hinayana di Jawa. Ia berada di kerajaaan tersebut selama 3 tahun hingga 667 Masehi untuk menterjemahkan kitab suci Budha Hinayana kedalam bahasa Cina. Konon untuk menterjemahkan kitab suci kedalam bahasa Cina tersebut Hui-Ning dibantu oleh seorang pendeta Ho Ling bernama Inanabhadra. Kitab terjemahan ini antara lain memuat cerita tentang Nirwana.



Patung Ratu Shima
Patung Ratu Shima
Ilustrasi Ratu Shima
Ilustrasi Ratu Shima
Berdasarkan cerita tutur masyarakat Jepara yang tutur diwariskan dari generasi ke generasi, kerajaan Ho-ling yang dimaksud dalam 2 catatan sejarah kuno Cina adalah kerajaan kalingga. Sedangkan Ratu Hsi-mo yang dicatat sangat adil dan bijaksana adalah Ratu Shima. 

Hari Jadi Jepara
Hari Jadi Jepara
 Daerah kekuasaannya mencakup sebagaian pantai utara jawa, mulai dari Jepara hingga Pekalongan. Karena luas wilayah kekuasaannya, konon Ratu Shima dibantu oleh 28 orang menteri sebagai penguasa wilayah dan 4 orang menteri utama yang berkedudukan di ibu kota kerajaan. Mereka langsung bertanggung jawab kepada ratu. Mengenal asal-usul Ratu Shima, menurut cerita tutur, ada yang menyebut sebagai salah seorang saudara perempuan Resi Dandang Gendis dari Medang Kemulan. Ia menjadi raja di Kalingga bergelar Ratu Shima. Dandang Gendis adalah anak ke lima Suwela Cala penguasa Medang Kamulan. Ratu Shima memerintah rakyat dan kerajaanya dengan arif, adil, dan bijaksana.Keadilan dan kearifan itu terlihat pada kepatuhannya dalam menegakkan hukum dan peraturan yang telah ditetapkan oleh kerajaan, sehingga keputusan-keputusan yang diambil tidak menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan, la dengan keras dan tegas memberantas pencurian dan kejahatan serta mengajarkan rakyat untuk selalu adil dan jujur.
Hari Jadi Jepara
Hari Jadi Jepara
Pelaksanaan pemerintahan yang kuat menjadikan dirinya sangat disegani tidak hanya oleh rakyatnya sendiri tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain. Konon ketika raja Ta-che di Arab mendengar kearifan dan keadilan Ratu Shima, ia mengutus seorang hulubalang meletakkan pundi-pundi berisi dinar di perempatan jalan di ibu kota kerajaan. Tujuan untuk mencoba dan menguji kabar yang sampai ke negeri seberang tentang kearifa dan keadilan ratu Shima.
Benar, selama 3 tahun, orang-orang yang lewat tidak seorangpun berani memungut pundi-pundi tersebut. Baru ketika putra mahkota beralan-jalan, secara tidak sengaja kakinya menyentuh pundi-pundi itu. Oleh karena kesalahanya itu, Ratu Shima memerintah agar putra mahkota dihukum penggal. Berdasarkan pertimbangan ahli hukum dan para pembesar kerajaan, akhirnya kaki putra mahkota yang dipotong. sebagai hukuman atas kesalahannya menyentuh pundi-pundi dinar yang bukan menjadi miliknya. Setelah mendengar berita itu, raja Ta-che merasa segan dan tidak berani menyerang Kalingga Sementara walaupun rumah penduduk di Kalingga juga beratapkan daun rumbia, perabot dan perkakas rumah tangga juga telah ada pada umumnya terbuat dari kayu.
Hari Jadi Jepara
Hari Jadi Jepara
Mereka menghiasi rumah-rumah dengan ukiran-ukiran yang bagus, menghasilkan periuk belanga, dan membuat anyaman-anyaman.
Sedangkan mata pencaharian penduduk Kalingga adalah bertani, menambang, berdagang, dan berburu. Mereka juga sudah mulai mengenal cara membuat perahu.
Disamping Itu diceritakan sebagian Penduduk kerajaan. Kalingga juga sudah pandai menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Ratu Shima juga sudah mulai mengembangkan Kalingga sebagai salah satu bandar perdagangan yang banyak dikunjungi saudagar, baik dari Asia maupun Eropa. Kalingga telah menjadi salah satu pintu masuk para pendatang.
Konon ketika hamil 7 bulan, ratu shima juga ngidam. Ia ingin makan buah kecapi yang rasanya kecut. Sebenarnya banyak abdi yang ingin mencarikan buah kecapi yang diinginkan ratu. Namun Ratu Shima menolak karena ingin langsung memakan buah kecapi yang segar dan dipetik sendiri dari pohon. Akhirnya rombongan Ratu Shima berangkat menuju kearah barat. Namun sampai tengah hari buah kecapi yang dinginkan ratu tidak juga dijumpai. Akhirnya ketika rombongan sampai di suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon rembulung mereka beristirahat. 
Hari Jadi Jepara
Hari Jadi Jepara

Daerah tempat Ratu beristirahat ini kelak bernama desa Bulungan. Setelah sejenak beristirahat, akhirnya rombongan berjalan lagi kearah selatan. Saat itu Ratu Shima melihat banyak pohon kecapi yang sedang berbuah. Karena senang Ratu Shima berteriak kecapi.. kecapi.. kecapi... Konon kelak wilayah ini nantinya bernama Desa Kecapi.
Sementara menurut cerita Parahyangan, Ratu Shima memiliki anak yang bernama Parwati dan menikah dengan Mandiminyak, putra mahkota kerajaan Galuh. Mandiminyak ini kemudian menjadi raja kedua dari kerajaan Galuh. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai anak bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga kerajaan Galuh yaitu Brantasenawa. Mereka memiliki anak bernanma Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerayaan Sunda dan Galuh. Konon setelah Ratu Shima meninggal tahun 732 Masehi, Sanjaya menggantikan buyutnya menjadi raja di Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut bumi Mataram dan kemudian mendirikan dinasti atau Wangsa Sanjaya di Mataran Kuno. Pada akhirnya kekuasaan di Sunda diserahkan kepada putranya yang bernama Tamperan Barmawijaya. Kemudian raja Sanjaya menikah lagi dengan Sudiwara, putri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sembara dan memiliki putra bernama Rakai Panangkaran. 

Pagelaran Di kabupaten dengan Lakon Ratu Shima
Pagelaran Di kabupaten dengan Lakon Ratu Shima

Diperkirakan kerajaan Kalingga yang berdiri sejak abad ke 7 ini berada di Jepara hingga abad ke 10. Setelah itu pusat kerajaan pindah ke kawasan pulau Jawa sebelah Selatan dan kemudian bergeser ke daerah timur. Penemuan benda-benda bersejarah oleh Rabinah tahun 1961 di Dukuh Drojo, Desa Tulakan berupa atribut dan perhiasan seorang Ratu yang terbuat dari emas, perak perunggu, dan monel diperkirakan berasal jaman Ratu Shima. Penemuan Rabinah di dinding sungai yang beratnya mencapai 28 kg lebih ini sangat menggemparkan. Benda yang ditemukan Rabinah disebuah tempat seperti dandang besar ini antara lain terdiri dari topeng, perhiasan cincin,stempel, gelang, penutup dada keropak, kendi, dan tempat perhiasan. Juga jenis-jenis perhiasan bagi bangsawan wanita lainnya. Sayangnya benda penemuan Rabinah tersebut yang tidak diketahui lagi rimbanya. Namun ada juga menganggap benda-benda bersejarah yang ditemukan Rabinah adalah peningualan Ratu Kalinyamat yang di tiupkan kepada ki Leseh dan istrinya sebelum mulai bertapa di Tanah Wangi .
buah kecapi
buah kecapi
 Keberadaan Candi Angin serta Candi Bubrah di desa Tempur, Kecamatan keling juga diyakini oleh sebagian masyarakat merupakan bukti bahwa kerajaan Kalingga berada di sekitar Keling, Jepara. jejak peradaban Hindu dan Budha yang banyak tersebar di sekitar wilayah Jepara bagian utara mulai dari Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling dan Donorojo juga merupakan bukti bahwa pada masa itu di kawasan ini telah berkembang sebuan kebudayaan. Bahkan di wilayah ini masih banyak tempat peribadatan umat Hindu dan Budha, termasuk juga pemeluk agamanya.
Hanya memang para ahli belum sepakat tentang lokasi kerajaan Kalingga secara tepat. Sebab berdasarkan cerita tutur yang berkembang di daerah lain, Ratu Shima juga dikenal di daerah Kendal, Pekalongan dan juga di Purbalingga.




No comments:

Post a Comment